Monday 26 September 2011

Mencari partikel tuhan (9)

Ada yang patut disyukuri bersama dari hasil peradaban manusia millennium ini yakni ketersediaan sandang, kebutuhan telekomunikasi yang relatif murah hampir di seluruh belahan dunia. Apa indikasinya? Bahwa harga-harga bahan sandang pakaian dan biaya telekomunikasi semakin lama semakin murah dan terjangkau. Hasil dari persaingan kapitalisme global memberikan dampak yang positif khususnya untuk hal-hal kebutuhan penampilan dan komunikasi manusia. Jadi anda ingin tampil seperti berpakaian orang kaya dengan gadget telepon genggam Blackberry, itu biayanya relatif murah. Tetapi tidak untuk pangan, tanah,dan bangunan karena kapitalisme telah menjadikannya monster-monster yang menyedot jutaan lembaran kertas uang hutang yang membesar seperti gelembung-gelembung udara yang akhirnya meletus menjadi krisis dunia di Amerika dan sekarang di Eropa Barat.

Ada pertanyaan mendasar mungkin sejak peradaban dimensi uang yang membelenggu kesadaran manusia, adakah peluang-peluang agar harga-harga pangan, rumah, tanah tidak terus menerus mengikuti gelembung-gelembung nilai pertukaran uang yang seperti lingkaran setan. Kebutuhan mendasar manusia adalah pangan, secara alamiah seharusnya makanan itu dapat diperoleh gratis sama halnya udara yang kita hirup ini diberikan gratis oleh Allah SWT. Paling tidak harga pangan itu tidak mengikuti trend gelembung pertukaran uang dunia yang gila saat ini, itu saja sudah cukup menolong kebutuhan dasar kemanusiaan.

Sekali lagi pertanyaan itu menggema di alam bawah sadar kita, adakah peluang bahwa peradaban akan menciptakan pangan makanan itu menjadi gratis, padahal Allah SWT telah memberikan oksigen gratis selama milyaran tahun untuk kehidupan bumi. Pada tingkat pemikiran seperti ini, hukum seleksi alam teori Darwin harus dienyahkan dari fikiran kita, justru peradaban harus mulai memikirkan masa depan keberlangsungan eksistensi manusia dan kemanusiaan di Bumi dalam skala lebih dari 10,000 tahun.

Seperti krisis ekonomi di Amerika Serikat saat ini dengan munculnya kekuatan kapitalisme model baru dari sosialisme Cina, perubahan-perubahan dunia akan berlangsung cepat. Bisa saja negara-negara Barat akan merekayasa perang dunia ke-3 yang modusnya lebih canggih beribu-ribu alasan muslihat. Betapapun majunya suatu peradaban tetapi kontingensi nafsu keserakahan itu tetap menjadi referensi utama, maka peluang membuat rekayasa manajemen perang dengan dasar teori seleksi alam Darwin dapat menjadi opsi pilihan. Bayangkan Amerika Serikat saat ini mempunyai sekitar 4000 bom atom yang per-kepala bom berkekuatan memusnahkan manusia minimal 25 juta. Jangan anggap remeh dampak-dampak teori seleksi alam Darwin yang menyesatkan peradaban manusia.

Istilah kapitalisme uang justru di-populerkan oleh Karl Marx sekitar 120 tahun lalu, dari dikotomi pemikiran sosialisme atau komunisme. Di Negara kita dikotomi antara sosialisme dan kapitalisme sudah menjadi fenomena racun mematikan untuk dibicarakan secara logika. Betapapun Soekarno berfikir keras menciptakan Panca Sila sebagai dasar filosofi bangsa dan rakyatnya untuk kelangsungan Nusantara, akhirnya anarki dikotomi kapitalisme-komunisme ini menjadi setan pemenang. Keadilan sosial dan kemanusiaan yang beradab itu tetap terhempas di bumi pertiwi ini.

Manusia sendiri yang menciptakan dimensi baru peradaban uang, dimensi uang ini akhirnya membelenggu fikiran manusia. Tetapi dimensi peradaban uang ini tetap menciptakan sejarah kelaparan dan kemiskinan sampai memasuki peradaban informatika millennium ini. Sekitar 1400 tahun yang silam, dampak peradaban gelembung uang itu telah diperingatkan berulang-ulang oleh Nabi Muhammad SAW yang melihat masa depan umatnya yang akan terbelenggu dengan riba uang seperti lingkaran setan. Tanpa sadar oleh kita bahwa nilai pangan, bangunan, tanah itu terus menerus naik harganya, bahwa ini sebenarnya potensi setan riba uang yang dikhawatirkan oleh Nabi Muhammad SAW, tetapi dunia perekonomian terus berjalan dengan energi setan riba ini. Hal ini logis karena perekonomian dunia saat ini adalah format ekonomi industry Barat.

Seharusnya secara sederhana jika manusia dapat menciptakan dimensi uang yang membelenggunya maka sepatutnya dia juga dapat memutuskan kapan waktu hidupnya tergantung oleh uang dan kapan dia harus bebas dari segala kebutuhan uang. Kalau sepanjang hidupnya manusia terus menerus mengejar uang maka sesungguhnya manusia itu telah menjadi budak, dan itu akan terus menerus menjauhi tujuan kemanusiaan seutuhnya. Tepatlah yang diramalkan Leo Tolstoy sekitar 100 tahun lalu, bahwa peradaban uang saat ini adalah bentuk baru perbudakan manusia masa silam.