Monday 7 November 2011

Menulis cerita pendek

Sembilan belas hari sudah, saya tidak menuangkan fikiran saya dalam blog ini karena kesibukan saya dalam pekerjaan sebagai tukang listrik yang dibayar gaji bulanan, pekerjaan rutin sebagai konsultan teknik yang harus mengawasi pembangunan pembangkit listrik, mengikuti rapat-rapat , dan membuat laporan-laporan. Sepanjang kehidupan manusia maka dia ditakdirkan menjadi sang pengamat peradaban dan dunia sesuai dengan kapasitas “window” fikiran yang diberikan Sang Pencipta, masing-masing manusia mempunyai kapasitas “window” yang awalnya sederhana kemudian dengan bertambah usianya maka kapasitas “window” setiap individu itu semakin luas dan analisanya semakin baik dalam melihat harmoni kehidupan. Fikiran manusia itu dapat dimisalkan sebagai generator pembangkit yang ditakdirkan untuk mengeluarkan suatu cerita kisah dari hasil observasi,logika,emosi yang diterima dari panca-indera dan otaknya. Perhatikan ketika sekelompok ibu-ibu yang sedang memasak rame-rame dalam suatu perhelatan sedekah di suatu kampung, maka mereka akan saling bercerita tentang anak-anaknya, tetangganya, mungkin juga tentang acara sinetron televisi. Itulah yang disebut buah fikiran dari masing-masing individu yang dapat diamati dari percakapan di warung kopi, pesta, cafĂ©, dan seterusnya.

Pertanyaannya kenapa hanya sebagian orang dapat menuangkan fikirannya dalam bentuk tulisan, music, ataupun dalam lukisan? Sebagian besar dari kita lebih menikmati pembicaraan yang hangat, ngerumpi yang asyik, ngegosip yang seru jika dibandingkan kalau kita harus menuangkan pemikiran kita dalam bentuk cerita pendek ataupun cerita panjang. Fikiran manusia itu seperti lautan tidak bertepi tetapi tubuh manusia dengan panca-inderanya itu seperti terjebak dalam ruang 3 dimensi. Fikiran manusia itu seolah-olah meluncur tak berhingga di suatu media 2-dimensi ( bayangkan seperti bidang kaca cermin 2-dimensi ). Kecepatan fikiran manusia itu seolah-olah melebihi kecepatan cahaya meluncur di suatu bidang maya 2-dimensi. Kalau fikiran manusia itu dituangkan dalam suatu tulisan cerita, maka tinta tulisan itu tidak akan pernah habis-habisnya dari lautan yang tidak bertepi.

Berbicaralah tentang dunia, menulislah tentang kisah perjalanan sang manusia. Seorang anakpun akan tumbuh dan akan mulai bercerita kepada orang tuanya dan sekitarnya secara alamiah. Ada saatnya orang berbicara, ada saatnya orang mendengar, ada saatnya seorang tenggelam dalam membaca buku cerita, dan ada waktu suasana seorang dapat menulis cerita diatas selembar kertas atau di depan layar komputer. Fikiran manusia dapat dimisalkan seperti sungai yang mengalir dari hulu sampai ke hilir menuju lautan luas, jadi betapa beratnya beban fikiran manusia jika fikirannya itu tidak dituangkan dalam suatu pembicaraan, ngegosip, ngerumpi. Fikiran manusia itu bisa “stug” atau “hanged” jika tidak dapat dikomunikasikan dalam bentuk sederhana obrol-obrol sampai dalam bentuk diskusi panel misalnya.

Percaya tidak bahwa kalau seseorang jago produktif menulis dalam penuangan atau pemaparan tulis-menulis maka dia cenderung seorang yang gagap dalam berbicara. Seorang Barack Obama pernah membuat sebuah buku memoir, pidato politiknya penuh kharismatik tetapi Obama bukanlah penulis yang produktif. Seorang Charles Darwin yang menuliskan tentang teori evolusi dalam bukunya yang terkenal “On the Origin of Species” maka di dalam benak fikirannya itu ada energy seperti generator pembangkit yang harus menyalurkan ide teorinya itu dalam suatu buku tulisan. Betapapun bukunya menjadi kontroversial tetapi itulah fenomena alam lahirnya sosok-sosok penemu yang merubah wajah dunia.

Kertas dan buku itu akan tetap menemani manusia dalam perjalanan peradaban betapapun media tulis-menulis ini telah tergantikan dengan adanya layar komputer. Itu adalah buku-buku yang nyata dalam bentuk kertas ataupun disimpan dalam memori computer, tetapi setiap manusia akan membawa catatan buku amal dosa perbuatannya dalam buku maya yang tercatat akurat dalam media kesadaran semesta yang tidak dapat dibohongi. Dalam setiap sel-sel makhluk-makhluk hidup terkandung tera-byte informasi dalam DNA. Misteri kesadaran fikiran manusia itupun sebenarnya adalah misteri perjalanan bio-informatika yang sangat dahsyat di alam semesta. Coba bayangkan jika bio-informatika itu mempunyai server, sedangkan setiap fikiran manusia adalah agen-agen bio-informatika. Jadi bukanlah partikel Boson-Higgs yang menjadi akhir misteri sains, tetapi justru fikiran manusia itulah misteri bio-informatika yang terakhir. Saya coba gambarkan misteri fikiran manusia itu seperti gambar sketsa diatas.