Saturday 17 September 2011

Mencari partikel tuhan (6)

Dimanakah sebenarnya kesadaran video-audio kita berada? Secara logika sederhana, kesadaran video-audio kita seharusnya ada di dalam jaringan system syaraf otak kita yang jumlahnya sekitar 100 milyar sel syaraf. Tetapi betapapun ilmu pengetahuan teknologi bedah syaraf saat sedemikian majunya, secara bio-fisika dan bio-kimia, kinerja otak manusia itu tidak ada bedanya dengan kinerja otak simpanse atau orangutan, perbedaannya sangat tipis sekali plus minus 2 persen.

Perhatikan gambar berdimensi 3 disamping dimana gambar foto diri saya yang 2 dimensi ada di dalam 3 dimensi. Setelah kita memperhatikan dengan seksama foto dalam format jpeg itu melalui lensa mata, terus ditransmisikan ke system syaraf otak, apakah yakin gambar foto itu tetap disimpan dalam otak kita. Sampai saat ini belum ada peralatan teknologi canggih yang dapat mentransfer atau men-download bayangan image video-audio manusia ke suatu format elektronik. Ilmu pengetahuan tetap mentok hanya menggunakan logika induktif menyatakan bahwa bayangan video-audio manusia itu seharusnya berakhir di system syaraf otak individu masing-masing manusia.

Pernahkah kita berfikir bahwa fungsi panca-indera mata dengan otak itu sebenarnya hanyalah fungsi kamera video-audio, selanjutnya otak kita hanya mentransfer bayangan video-audio kita itu ke suatu dimensi yang belum kita ketahui atau belum ada cara mendeteksinya dimensi-dimensi itu. Dalam hal ini saya menyederhanakannya bahwa bayangan video-audio itu masuk ke suatu format 2 dimensi seperti gambar foto saya diatas. Format 2 dimensi itu mempunyai suatu karakteristik spesifik transfer media informatika, fenomena cermin/lensa atomik (kaca biasa atau kaca cermin) adalah sebenarnya fenomena fotokopi memory yang umum terjadi di medan elektromagnetika, dan mungkin juga di medan gravitasi.

Jadi dimanakah atau siapakah end-user bayangan video-audio yang diterima setiap individu manusia? Kalau ilmuwan Barat, karena mereka pantang dengan menggunakan bahasa meta-fisika, maka mereka tetap sepakat bahwa bayangan image video-audio manusia itu tetap berada di media 3 dimensi otak syaraf. Sebenarnya kalau sains itu mau jujur dan tidak tergantung kebohongan yang disembunyikan oleh individu yang bernama ilmuwan sejati, maka seharusnya sains berkata bahwa saya tidak mengetahui dimana akhir tujuan bayangan video-audio itu akan berlabuh.

Kalau kita tetap menyatakan bahwa bayangan video-audio manusia itu tetap berada di syaraf otak, maka berarti manusia itu tidak ada bedanya dengan simpanse atau orangutan. Berapa persen bayangan video-audio manusia itu digunakan untuk tubuh individunya sendiri, berapa persen bayangan video-audio itu digunakan suatu energi dimensi lain. Jangan-jangan manusia itu hanyalah wayang-wayang kulit yang sedang dimainkan oleh sang dalangnya. Jadi mencari bayangan diri sendiri dari makna seutuhnya dari kesadaran manusia itu sedemikian sulitnya, buat apa mencari bayangan-bayangan ALIEN antah berantah yang jauh tidak tahu juntrungannya.