Saturday 12 January 2013

TANDA-TANDA ZAMAN



Orang-orang pintar di sekitar kita selalu berkata dan mengulangi kata-kata ini, wahh ini sudah tanda-tanda zaman. Jika ada gempa bumi atau tsunami yang hebat, maka manusia cenderung melihat sebagai tanda-tanda zaman. Bahasa kerennya tidak lain ya kiamat atau hari kiamat atau apapun maknanya yang berhubungan dengan kematian dan manusia tidak sanggup mengembalikan kondisi tersebut kecuali pasrah, bahwa resiko kematian itu selalu di depan mata cepat atau lambat. Jadi hanya kesadaran manusia yang dapat mengukur tanda-tanda kematian di masa depan, yahh contoh sederhananya umur kita tokh dibatasi skala 70 tahunan.

Betapapun para ilmuwan atheis itu mengejek istilah-istilah kiamat tradisional itu, faktanya mereka tanpa sadar telah berhasil mengukur batas-batas ruang waktu semesta. Dengan fakta adanya ekspansi alam semesta menurut Konstanta Hubble sebesar  69.32 ± 0.80 (km/s)/Mpc, maka akhirnya tokh manusia sampai tanda-tanda zaman, yakni dapat mengukur batas-batas usia alam semesta. Meski para ilmuwan itu menyatakan bahwa evolusi alam semesta ini masih berjalan milyaran tahun. Tetapi siapa yang bisa meramalkan bumi 10.000 tahun mendatang dengan kondisi keterbatasan bumi yang akumulatif katastrofik saat ini.

Jadi orang-orang pintar di dunia ini sama saja cenderung melihat tanda-tanda zaman. Juga para ilmuwan itu akhirnya dapat mengukur tanda-tanda kematian di masa depan termasuk hari kiamat itu sendiri. Kiamat itu bukanlah rahasia, tetapi waktu T = 0 nya itu lho, sangat rahasia. Ketika tubuh manusia itu ditiupkan roh kesadaran semesta, begitu susahnya para anthropologi dan arkeologi memetakan penyebaran asal muasal kesadaran manusia berasal di permukaan bumi.  Tetapi skala waktu 10.000 tahun peradaban manusia akan menjadi petunjuk-petunjuk yang jelas, kemana manusia harus melangkah ke depan.

Fenomena replikasi adalah dasar evolusi alam semesta. Pada saat ini manusia dapat melihat fenomena replikasi DNA pada setiap makhluk hidup, tetapi ketika Big-Bang terjadi, manusia tidak menyaksikan awalnya replikasi atom-atom hydrogen baryon, tetapi malah atom-atom hydrogen itu dibentur-benturkan satu sama lain d lorong-lorong LHC Cern. Moga-moga ketemu partikel-partikel malaikat alias Boson-Higgs.

Kenapa DNA itu mampu me-replikasi-kan dirinya sendiri, apakah di alam mikro-kosmos itu ada cermin ajaib, sama halnya kalau saya berkhayal melihat isteri saya yang cantik sedang me-matut-matut di hadapan cermin, dan saya mengharapkan kembarannya juga yang ada di hadapan cerminnya itu, menjadi kenyataan. Hemm, alam semesta ini pastilah mempunyai cermin-cermin tidak terlihat dimana proses data software itu saling berkomunikasi.

Apa artinya angka skala peradaban manusia yang 10.000 tahun dibandingkan dengan batas-batas waktu alam semesta yang ditetapkan oleh seorang Edwin Hubble 13.700.000.000 tahun cahaya. Jadi benar nenek moyang kita menyatakan bahwa mereka telah melihat tanda-tanda zaman itu, dan kita di zaman millennium  juga telah memverifikasinya saat ini. Benar tokh.


3 milyar planet bumi di alam semesta tetapi hanya ada satu yang terpilih



Waktu dan ruang itu saudara kembar, hanya kesadaran keseimbangan manusia melihat ruang dan waktu itu berbeda dimensi. Buktikan sendiri silahkan anda rentangkan tangan memutar badan dan berpusing sekencangnya, apa yang anda bisa lihat ruang sekitar anda. Sebenarnya bukan waktu yang berlalu, tetapi ruang yang telah berlalu, waktu tetap berjalan. Ketika para ahli sains mendefinisikan Big-Bang sebagai waktu T = 0 maka ingat bahwa saudara kembarnya Sang Ruang juga memulai dari R = 0, artinya tidak ada katakanlah ruang 3 dimensi pada saat T=0. Dalam filosofi teknologi informatika selalu berprinsip memulai dan mengakhiri pada titik yang sama, itu makanya komputer cenderung memiliki satu tombol untuk menghidupkan (switch-on) dan mematikan (switch-off) sistemnya.

Ketika waktu Big-Bang T=0 itu di-start tombolnya (bisa jadi sudah otomatis), maka ruang itu terbentuk secara acak (chaotic), buktikanlah sendiri lihat milyaran galaksi nun jauh disana, acak-acakan tokh, galaksi bima sakti sendiri terlihat seperti pusaran badai. Tetapi waktu itu berjalan lurus sama seperti sinar cahaya, buktinya manusia bisa mengukur perjalanan waktu yang lempeng ini sejauh 13.7 milyar tahun cahaya. Proven kan?

Seperti saya katakan pada tulisan sebelumnya bahwa molekul DNA itu hanyalah hardware dari misteri software-data di alam semesta ini. Manusia saat ini sudah memasuki zaman wireless yang tidak terlihat tapi bisa berkomunikasi bertatap mata lewat layar handphone. Artinya manusia secara bertahap akan melihat bahwa lautan data informasi pada molekul DNA itu ada interaksinya dengan dimensi yang kita belum fahami. Cepat atau lambat peradaban manusia dengan teknologinya saat ini, akan mampu melihat interaksi informasi DNA, secara umum kita definisikan sebagai bio-informatika.

Ruang semesta ini acak (random) maka massa yang terbentuk pun acak, maka kita tidak melihat lansekap taman galaksi di sana, tetapi ada referensi sentral yakni T = 0 itu, ketika di switch-on maka program alam semesta sudah berjalan dengan sendirinya (software-nya sudah ada, lantas siapa yang buat software). 

Apapun maknanya, ketika kita mendefinisikan T = 0 maka ini adalah fenomena sentralisasi kesadaran diri sendiri, ego-sentris bahkan egoisme dari kesadaran semesta. Jadi janganlah terlalu membenci istilah ego, karena dasar materi dan kehidupan itu sifatnya self-ego. Lihatlah sendiri sang matahari memerintahkan bumi untuk tawaf rotasi dan mungkin sudah berlangsung 7 milyar kali ber-rotasi. Inti atom memerintahkan electron-elektron nya berputar rotasi sepanjang masa.

Ruang itu acak atau random, maka massa yang terbentuk itupun acak. Kalau dia acak, maka banyak tidak ada artinya. Jadi besar kemungkinan massa yang terbentuk di gugusan galaksi sana, itu tidak ada artinya sama sekali.  Bentuknya acak dan jelek, yah apa artinya. Kehidupan di bumi yang warna-warni itulah penuh arti.

Sedangkan massa galaksi sana walaupun mempunyai 3 milyar planet yang mirip dengan kondisi bumi disini, saya tidak yakin ada makhluk hidupnya. Bahkan dalam waktu dekat teknologi manusia bisa memahami fenomena interaksi software data DNA dan fenomena kesadaran diri sendiri, akhirnya manusia akan faham bahwa eksistensi manusia itulah akhir dari misteri alam semesta. Disini artinya sangat mistis, tetapi manusia bisa menjawab kenapa peradaban manusia ini baru tumbuh 10.000 tahun lalu sementara ruang waktu telah berjalan 13.7 milyar tahun.

Sederhana saja kita kembali ke pertanyaan tulisan saya tentang fenomena sel-sperma yang jumlahnya 3 juta sekali produksi, tetapi hanya satu yang berhasil ber-fusi dengan sel-telur. Jadi janganlah berharap banyak bahwa ada kesadaran diri lain hadir di antara 3 milyar planet mirip bumi di sana. Ingat materi itu acak mengikuti ruang, sedangkan waktu itu fixed lurus ke depan. Kesadaran diri mungkin menguasai 70% kesadaran total kita, mungkin kita sadar sebagai manusia terganteng atau terjelek, itulah kesadaran diri, coba bayangkan bagaimana menciptakan robot yang mempunyai kesadaran diri sendiri. Pada saat para akhli sains itu menghitung 3 milyar planet mirip bumi, mereka lupa bahwa ruang dan massa itu terbentuk acak dan tidak berarti bagi kesadaran kehidupan.     

Percaya tidak bahwa kesadaran manusia itu adalah media kesadaran diri semesta yang merupakan tombol switch-on dan switch-off dari T=0 ber-awalnya atau berakhirnya alam semesta ini. Ingat kita hanya tombol tokh, hanya tombol tokh.


Friday 11 January 2013

Who is Mr. Data Universe ?



Who is Mr. Data Universe ?


Saya merasa beruntung hidup dalam zaman abad millennium informatika ketika hadirnya seorang Steve Jobs, ketika hadirnya sosok Mr. Data Windows Microsoft Bill Gates yang menjadi salah satu orang terkaya di dunia karena inovasi teknologi data. Berbeda dengan nenek moyang saya katakanlah 1000 tahun silam yang tinggal di dataran tinggi Pasemah yang sejuk di kaki gunung Dempo, yang mungkin masih beragama animisme, menggunakan tombak dan parang untuk berburu di hutan di daerah Pagaralam Sumatera Selatan itu.


Saya dan nenek moyang saya itu berjarak ruang waktu yang berbeda sekitar tujuh belas keturunan, tetapi misteri data apakah yang tetap sampai dari nenek moyang saya itu ( istilah bahasa Pasemah adalah nenek puyang ) ke dalam tubuh saya atau anak saya yang tetap up-to-date. Misteri data yang sampai saat ini belum banyak bisa difahami oleh teknologi manusia, itulah DNA suatu molekul pembawa informasi genetika atau keturunan dari masa lalu ke masa depan.


Para akhli sains teknologi saat ini seperti sedang meneropong jauh ke masa silam perjalanan DNA ini. Molekul genetika ini selalu ada di setiap makhluk hidup, di bakteri, di cacing , di kecoa, di anggrek, di bunga, di buah apel, di tubuh harimau belang, di tubuh manusia ataupun di tubuh simpanse, pokoknya molekul ini seperti partikel dasar kehidupan sama halnya seperti partikel atom hidrogen atau barion (rumusnya-H) sebagai dasar unsur-unsur materi alam semesta yang terlihat sesuai deret periodic Mendeleyev.


Tidak ada para akhli sains yang bisa membantah bahwa data proses di DNA itu sangatlah ruwet aujubilah, sampe-sampe perlu super computer untuk menganalisa genetic manusia ( genom ). Saya sendiri berhipotesa bahwa DNA itu hanyalah hardware sedangkan software-data nya masilah misterius apakah memang hadir di ruang waktu 3-dimensi ini. Data proses di DNA itu sudah berlangsung sejak sekitar 3.5 milyar tahun yang silam sejak Bumi ini menjadi dihidupkan mulai dari makhluk-makhluk seukuran bakteri.


Komunikasi data di DNA itu sangatlah kompleks luar biasa, tetapi yang lebih luar biasa adalah nilai keabadiannya yang bisa eksis 3.5 milyar tahun sampai saat ini. Cobalah kita berkaca diri pada peradaban manusia yang baru muncul 100.000 tahun yang silam, dimana letaknya kesadaran kita sebenarnya katakanlah 200.000 tahun yang silam. 

Kembali saya postulasikan bahwa DNA itu hanyalah hardware informasi kehidupan sedangkan data software kehidupan bumi itu sebenarnyalah misteri kehidupan, bahkan merupakan misteri yang lebih hebat dari kejadian big-bang 13.7 milyar tahun yang silam. 

So who is Mr. Data Universe ?