Saturday 3 September 2011

Mencari partikel tuhan (3)

Begitu canggih teknologi yang diciptakan manusia untuk menjangkau perjalanan cahaya sejauh 36 tahun cahaya, tetapi hanya menganalisa spektrum cahayanya saja lho bukan mencoba menjangkau perjalanan perjalanan wahana ruang angkasa selama sekitar 500 tahun itu. Dengan peralatan super canggih High Accuracy Radial Velocity Planet Searcher (HARPS), pada akhir bulan Agustus 2011 ini para astronom menemukan planet baru yang habitable zone dengan kode HD85512b yang kondisinya mirip bumi.

Itulah sifat manusia, jarum di seberang lautan tampak benderang namun gajah di pelupuk mata tak tampak. Ini juga berita terbaru dalam bulan Agustus 2011, ternyata 90% spesies makhluk hidup di bumi belum ditemukan, menurut perkiraan ada sekitar 8.7 juta spesies binatang dan tumbuhan ciptaan Tuhan YME. Begitu jauh jangkauan fikiran manusia sejauh 13.7 milyar tahun cahaya, tetapi pemahaman tentang hakekat diri sendiri sebagai makhluk hidup masih jauh dari jangkauan sains dan teknologi. Khususnya spesies-spesies yang ada di lautan ternyata baru ditemukan dibawah angka 50%, selebihnya lebih banyak misteriusnya makhluk-makhluk hidup yang ada dalam kedalaman lautan.

Jadi sebenarnya mata fikiran manusia melihat alam semesta ini sudah seperti matanya superman atau cyberborg yang matanya dapat menganalisa spectrum gelombang elektromagnetika seperti cahaya, walaupun dibantu peralatan canggih HARPS itu. Ada dua formulasi terkenal yang mencoba menganalisa alam semesta ini, yakni formula Albert Einstein dan formula Max Planck. Formula Einstein yang terkenal itu E=mc2 menyatakan ekivalensi partikel ber-massa m yang kita observasi saat ini dan dia akan membutuhkan energy sebesar mc2 untuk berubah total semuanya menjadi cahaya, sehingga dia dapat melanglang buana menembus perjalanan milyaran tahun cahaya. Kemudian formula Max Planck E=hf dimana manusia mencoba melihat suatu partikel materi ber-massa itu dari karakteristik spektrum atomiknya lewat gelombang elektromagnetika.

Kalau kita menggunakan kaca-mata Einstein maka kita melihat alam semesta ini seperti 3 dimensi yang berisi matriks atom dan molekul yang menari-nari dalam ruang waktu. Tetapi kalau kita menggunakan kaca mata Max Planck, maka alam semesta ini begitu sederhananya, karena semuanya seolah seperti gelombang-gelombang aliran-aliran sungai menuju ke lautan luas. Coba bayangkan kalau mata fikiran kita hanya dapat melihat gelombang elektromagnetika, gelombang gravitasi atau mungkin gelombang energi gelap barangkali, maka seolah-olah alam semesta ini dalam perjalanan 2 dimensi saja.

Kalau saya saat ini lebih suka menggunakan kaca mata Einstein dibanding kaca mata Planck, karena hidup ini lebih indah dalam 3 dimensi dibanding kalau kaca mata kita melihat alam semesta dalam 2 dimensi tanpa ruang waktu. Tarian yang paling kolosal tentunya tarian spesies-spesies makhluk hidup binatang dan tumbuh-tumbuhan yang warna-warni. Kalau kita melihat matahari walau energinya luar biasa besar, namun matahari hanyalah kumpulan atom-atom hidrogen yang mengalami proses pembakaran fusi nuklir. Ada milyaran bintang-bintang, seperti bunga-bunga yang tumbuh memberi cahaya yang menerangi alam semesta dengan bahan bakar fusi nuklir atom hidrogen.

Dari manakah asal muasalnya atom-atom elementer hidrogen yang sering disebut partikel baryonik, itulah persoalan yang sedang dipelajari di akselerator partikel baryonik ini di LHC CERN. Kalau bintang-bintang di langit itu seperti bunga-bunga yang mekar, tentu suatu saat bunga itu akan mati. Nah itulah kalau bintang itu tidak mekar lagi maka dia akan layu menjadi supernova dan akhirnya meledak. Kita tidak tahu kenapa bintang-bintang itu harus terbentuk sebanyak itu yang kita lihat seperti kumpulan gas-gas hidrogen yang berbaris-baris membentuk matriks galaksi menghiasi angkasa.

Jadi terlalu banyak rahasia alam semesta yang belum terungkap oleh teknologi manusia saat ini, terlalu banyak gejala kosmik yang tidak terdeteksi, dan bukan berarti tidak ada seperti seorang atheis berkampanye bahwa Tuhan itu tidak ada. Kaca-mata fikiran manusia itu akan selalu cenderung menggunakan kaca-mata Einstein yang melihat partikel-partikel menari-nari, Sedangkan sebenarnya rahasia alam semesta itu akan mudah kita lihat jika kita melihat dengan kaca mata Planck, yahh sederhanakan tokh hanya gelombang-gelombang yang sedang berjalan melanglang buana di jagad raya. Seperti cahaya gelombang elektromagnetika yang telah berjalan milyaran tahun cahaya dalam ruang waktu yang pasti segera berakhir.

Angka-angka raksasa ruang waktu tidaklah didominasi oleh besaran astrofisika, di bumi sendiri angka-angka raksasa itu adalah permainan biasa. Tubuh kita sendiri terdiri atas 3 trilyun sel yang berorganisasi sempurna, tetapi ada organisme 1 sel yang tetap eksis sampai kiamat nanti bahwa dia akan terus mengekspresikan dirinya sebagai makhluk sel tunggal. Itulah yang kita klasifikasikan sebagai procaryota, tentunya organism yang paling terkenal adalah amoeba yang banyak hidup dalam usus perut manusia dan sering membuat sakit perut dan akhirnya kita bisa mencret-mencret.

Bagi saya lebih indah melihat partikel-partikel spesies-spesies binatang dan tumbuhan yang hidup di bumi ini sejak sekitar 3.5 milyar tahun lalu. Kalau kita mencoba membayangkan angka milyaran tahun, sebenarnya angka-angka ini adalah simbol keabadian jika dibandingkan dengan angka 10,000 tahun peradaban. Kecil sekali rasanya eksistensi ruang waktu manusia. Tetapi begitu indahnya tarian kolosal spesies-spesies di bumi, sampe-sampe ilmuwan susah banget memprediksikan jumlah jenis spesies. Pada akhir bulan Agustus 2011 ini, ilmuwan Barat telah berani memperkirakan jumlah spesies-spesies. Sebanyak 7.77 juta spesies binatang yang penari dan tukang badut, 298,000 spesies tanaman yang mewarnai indahnya bumi, 611,000 spesies jamur (fungi) yang tugasnya bersih-bersih bumi, 36,400 spesies organisme sel-tunggal atau protozoa yang tugasnya macem-macem serba kecil namun berarti, 27,500 spesies chromist seperti alga cokelat, diatom yang tugasnya sama seperti tumbuhan yang mempercantik warna agar bumi ini tidak melulu black and white.