Sunday 9 October 2011

Steve Jobs, tragisnya teknologi canggih Amerika (2)

Steve Jobs sang legenda master penemu teknologi informatika global yang membawa popularitas logo komersial antara lain Apple, Macintosh, iPhone, iPod, iPAD lahir 24 February 1955, meninggal pada usia 56 tahun pada tanggal 5 October tahun 2011 ini. Bapak kandungnya ternyata Abdulfattah John Jandali, seorang Muslim Suriah dan ibu kandungnya Joanne Schieble keturunan Jerman. Perhatikan senyumnya sambil memegang gadget mobile-phone-generasi-cerdas yang dipeloporinya, suatu tipe baru touch-screen, communicator, music-video entertainer.

Pencapaian teknologi computerized mobile phone ini penuh dengan persaingan individu-individu yang ambisius, ego-maniak, manusia-manusia intelegensia tinggi yang hidup pada sistem kapitalisme Amerika. Bayangkan kalau mereka ini seperti Bill Gates dan Steve Jobs ini lahir di China atau India. Kita harus mengakui bahwa sistem pendidikan di Amerika saat ini akan terus melahirkan inovator-inovator jenius sepanjang masa yang ditunjang oleh kultur riset mendasar yang dominan seperti fisika, kimia, biologi, genetika yang canggih dan sangat mahal anggarannya.

Teknologi informatika abad millennium ini adalah suatu pencapaian peradaban yang merubah wajah dunia saat ini. Seperti saya katakan sebelumnya bahwa komunikasi manusia itu seperti lautan tidak bertepi. 1900 tahun lalu ketika peradaban Cina menemukan teknologi pembuatan kertas secara massal, maka komunikasi manusia itu semakin intensif. Teknologi pembuatan kertas secara massal ini akhirnya diketahui oleh peradaban Islam pada abad ke-8, akhirnya sampai ke benua Eropa pada abad ke-12 melalui proses benturan peradaban ala abad pertenghan yang terkenal itu, yakni Perang Salib. Menurut saya, benturan peradaban itu akan terjadi terus-menerus sepanjang peradaban manusia berlangsung, dan sejarah akan menilai obyektivitas yang dikemukakan oleh Samuel Huntington dalam teorinya tentang benturan peradaban yang mendiskreditkan agama-agama. Sebenarnya perubahan peradaban lebih cocok dinamakan matriks perubahan peradaban.

Jadi tonggak-tonggak perubahan peradaban komunikasi dapatlah kita kategorikan 3 tahap millennium, yakni millennium 0 ketika teknologi kertas massal ditemukan oleh kultur Cina, millennium 1000 ketika teknologi kertas ini menyebar ke seluruh benua Asia dan Eropa, dan millennium 2000 ini ketika media kertas ini digantikan oleh media jaringan informatika dunia. Sederhananya demikian, dahulu manusia menuliskan lautan fikirannya lewat kertas dari buku-buku dan akhirnya saat ini sudah digantikan dengan media informatika lewat layar monitor LCD. Seperti saya saat ini sedang menuangkan pemikiran saya tentang selebriti komputer Steve Jobs, maka saya sudah tidak memerlukan lagi berton-ton kertas kosong dan buku-buku referensi dari perpustakaan, cukup saya buka Microsoft Word, koneksikan computer melalui internet dengan modem kecepatan tinggi, click Google Wikipedia tentang Steve Jobs, Bill Gates, dan Microsoft, lantas mulailah saya membaca cerita sejarah, menganalisa tentang topik-topik utama dimana saya sangat tertarik memberi komentar, kritik, prosa, esei dan selanjutnya. Akhirnya tulisan ini mulai saya rangkai ceritanya agar logika ceritanya mengalir enak untuk dibaca. Itulah nikmatnya kita hidup di zaman millennium 2000, mantap kan.

Nasib sang master penemu teknologi itu tak selamanya beruntung seperti Steve Jobs, berapa korban persaingan teknologi perangkat keras dan piranti lunak computer ini jatuh bangkrut, tidak dapat disebutkan satu per satu. Sang penemu teknologi percetakan buku massal 700 tahun lalu Johannes Gutenberg itupun bangkrut, sang penemu teknologi kertas Tsai Lun (Cai Lun) 1900 tahun yang silam itupun manusia yang bernasib malang sebagai hamba kaisar yang dikebiri seumur hidup. Berbicara tentang sang penemu dan hak ciptanya, maka hak cipta itu seharusnya ada batasan limitasi waktu dan batasan legal kepentingan hajat orang banyak , bayangkan kalau hak paten teknologi pembuatan kertas oleh China 2000 tahun lalu, tetap di-klaim sebagai “Copyright All Rights Reserved”, apa jadinya dunia ini.

Jika perdagangan teknologi informatika ke depan, akan tetap dimenangkan oleh China, maka hukum alam itu telah berlaku sempurna, bukan teori seleksi alam Darwin yang berlaku tetapi matriks perubahan peradaban yang telah bergeser. Karena alam semesta ini akan menciptakan kondisi-kondisi Tuan Master dan Tuan Slave, kapitalisme Amerika telah menciptakan teknologi informatika sebagai “Slave” penemuan-penemuan baru, kapitalisme massal ala China memakan inovasi-inovasi itu dan menciptakan China sebagai “Master” kapital-kapital uang dunia hasil perdagangan teknologi canggih ini.

Kapitalisme gelembung uang itu sudah menjadi jalan peradaban manusia, seorang insinyur baru lulus di Amerika digaji ekivalen Rp 20 juta/bulan, di Indonesia cukup Rp 3 juta /bulan, di Cina cukup dengan ekivalen Rp 1 juta/bulan. Jadi populasi terbesar China yang 1,3 milyar itu bukanlah bencana seperti yang diramalkan oleh Teori Malthus, tetapi saat ini bermetamorfosa menjadi unit-unit mesin kapitalis dengan produktivitas tinggi dengan harga sangat murah. Maka jadilah Negara China sebagai Master Kapitalis Dunia, sementara inovasi-inovasi teknologi canggih di Amerika akan menjadi Budak Kapitalis itu sendiri betapapun Bill Gates tetap menjadi orang terkaya di dunia.

Sebenarnya kalau sains manusia itu ingin menciptakan kebaikannya itu sendiri seperti ungkapan Alhazen 1200 tahun lalu, maka pencapaian teknologi informatika seharusnya dapat membuat telekomunikasi telepon dan internet dunia menjadi gratis tanpa biaya. Sayangnya kapitalisme gelembung uang tetap menghalangi upaya-upaya mulia ini. Tetapi saya yakin hal ini akan terjadi dalam 20-30 tahun kedepan, bahwa telekomunikasi telepon dan internet akan mungkin menjadi gratis jika kita lihat kecendrungan harga-harga perangkat informatika semakin murah dan biaya konsumsi energinya semakin kecil.