Saturday 12 January 2013

3 milyar planet bumi di alam semesta tetapi hanya ada satu yang terpilih



Waktu dan ruang itu saudara kembar, hanya kesadaran keseimbangan manusia melihat ruang dan waktu itu berbeda dimensi. Buktikan sendiri silahkan anda rentangkan tangan memutar badan dan berpusing sekencangnya, apa yang anda bisa lihat ruang sekitar anda. Sebenarnya bukan waktu yang berlalu, tetapi ruang yang telah berlalu, waktu tetap berjalan. Ketika para ahli sains mendefinisikan Big-Bang sebagai waktu T = 0 maka ingat bahwa saudara kembarnya Sang Ruang juga memulai dari R = 0, artinya tidak ada katakanlah ruang 3 dimensi pada saat T=0. Dalam filosofi teknologi informatika selalu berprinsip memulai dan mengakhiri pada titik yang sama, itu makanya komputer cenderung memiliki satu tombol untuk menghidupkan (switch-on) dan mematikan (switch-off) sistemnya.

Ketika waktu Big-Bang T=0 itu di-start tombolnya (bisa jadi sudah otomatis), maka ruang itu terbentuk secara acak (chaotic), buktikanlah sendiri lihat milyaran galaksi nun jauh disana, acak-acakan tokh, galaksi bima sakti sendiri terlihat seperti pusaran badai. Tetapi waktu itu berjalan lurus sama seperti sinar cahaya, buktinya manusia bisa mengukur perjalanan waktu yang lempeng ini sejauh 13.7 milyar tahun cahaya. Proven kan?

Seperti saya katakan pada tulisan sebelumnya bahwa molekul DNA itu hanyalah hardware dari misteri software-data di alam semesta ini. Manusia saat ini sudah memasuki zaman wireless yang tidak terlihat tapi bisa berkomunikasi bertatap mata lewat layar handphone. Artinya manusia secara bertahap akan melihat bahwa lautan data informasi pada molekul DNA itu ada interaksinya dengan dimensi yang kita belum fahami. Cepat atau lambat peradaban manusia dengan teknologinya saat ini, akan mampu melihat interaksi informasi DNA, secara umum kita definisikan sebagai bio-informatika.

Ruang semesta ini acak (random) maka massa yang terbentuk pun acak, maka kita tidak melihat lansekap taman galaksi di sana, tetapi ada referensi sentral yakni T = 0 itu, ketika di switch-on maka program alam semesta sudah berjalan dengan sendirinya (software-nya sudah ada, lantas siapa yang buat software). 

Apapun maknanya, ketika kita mendefinisikan T = 0 maka ini adalah fenomena sentralisasi kesadaran diri sendiri, ego-sentris bahkan egoisme dari kesadaran semesta. Jadi janganlah terlalu membenci istilah ego, karena dasar materi dan kehidupan itu sifatnya self-ego. Lihatlah sendiri sang matahari memerintahkan bumi untuk tawaf rotasi dan mungkin sudah berlangsung 7 milyar kali ber-rotasi. Inti atom memerintahkan electron-elektron nya berputar rotasi sepanjang masa.

Ruang itu acak atau random, maka massa yang terbentuk itupun acak. Kalau dia acak, maka banyak tidak ada artinya. Jadi besar kemungkinan massa yang terbentuk di gugusan galaksi sana, itu tidak ada artinya sama sekali.  Bentuknya acak dan jelek, yah apa artinya. Kehidupan di bumi yang warna-warni itulah penuh arti.

Sedangkan massa galaksi sana walaupun mempunyai 3 milyar planet yang mirip dengan kondisi bumi disini, saya tidak yakin ada makhluk hidupnya. Bahkan dalam waktu dekat teknologi manusia bisa memahami fenomena interaksi software data DNA dan fenomena kesadaran diri sendiri, akhirnya manusia akan faham bahwa eksistensi manusia itulah akhir dari misteri alam semesta. Disini artinya sangat mistis, tetapi manusia bisa menjawab kenapa peradaban manusia ini baru tumbuh 10.000 tahun lalu sementara ruang waktu telah berjalan 13.7 milyar tahun.

Sederhana saja kita kembali ke pertanyaan tulisan saya tentang fenomena sel-sperma yang jumlahnya 3 juta sekali produksi, tetapi hanya satu yang berhasil ber-fusi dengan sel-telur. Jadi janganlah berharap banyak bahwa ada kesadaran diri lain hadir di antara 3 milyar planet mirip bumi di sana. Ingat materi itu acak mengikuti ruang, sedangkan waktu itu fixed lurus ke depan. Kesadaran diri mungkin menguasai 70% kesadaran total kita, mungkin kita sadar sebagai manusia terganteng atau terjelek, itulah kesadaran diri, coba bayangkan bagaimana menciptakan robot yang mempunyai kesadaran diri sendiri. Pada saat para akhli sains itu menghitung 3 milyar planet mirip bumi, mereka lupa bahwa ruang dan massa itu terbentuk acak dan tidak berarti bagi kesadaran kehidupan.     

Percaya tidak bahwa kesadaran manusia itu adalah media kesadaran diri semesta yang merupakan tombol switch-on dan switch-off dari T=0 ber-awalnya atau berakhirnya alam semesta ini. Ingat kita hanya tombol tokh, hanya tombol tokh.