Friday 10 December 2010

Kenapa manusia harus melihat jarak ruang waktu 13.7 milyar tahun cahaya ?

Kenapa manusia harus melihat jarak ruang waktu 13.7 milyar tahun cahaya ?

Kalau kita melihat perjalanan umur kita berangkat dari titik 0 saat sperma+telur bersepakat bergabung dan tumbuh dari 1 sel zygote menjadi trilyunan sel tubuh manusia dalam kurun batas waktu 75 tahun; apakah perjalanan waktu itu linier (lurus) ? Menurut observasi kesadaran kita, perjalanan waktu 75 tahun itu linear, demikian juga analogi linear waktu dapat kita terapkan untuk perjalanan sejarah peradaban manusia dalam kurun 500, 1000, 10.000 atau 20.000 tahun yang silam. Tetapi diluar batasan waktu itu 1 juta, 3 juta, sampai 300 juta tahun yang silam, bagaimana kita memastikan perjalanan masa silam manusia/makhluk hidup itu linear. Einstein melihat waktu itu geometrikal (melengkung) tergantung energi dan massa yang hadir dalam ruang waktu itu, tetapi saya boleh-boleh saja melihatnya logaritmik, karena log 10.000.000.000 tahun = 10.000 tahun dan log 10.000 tahun = 100, jadi “kaca-mata fikiran logaritmik saya” melihat skala dari 100 ke 10.000 tahun, yahh kira-kira linear dalam skala umur dan peradaban manusia.

Para ahli sains lebih suka menjabarkan pertumbuhan ini dengan kata evolusi, suatu perjalanan panjang dalam kurun juta atau milyar tahun lalu, dimana kesadaran manusia itu pasti belum ada di bumi. Kosong blong kesadaran manusia saat masa silam itu, ya jadi kenapa para ahli evolusi itu malu-malu kucing menyatakan bahwa pada masa silam itu 20.000 tahun atau 100.000 tahun lalu, ya memang belum ada manusia. Memaksakan teori bahwa ada perjalanan setengah manusia dan perjalanan setengah kera menuju suatu bentuk makhluk spesies manusia dan kemanusiaan-nya dalam kurun juta-an tahun silam, tidak akan menolong permasalahan perjalanan utama manusia dalam kurun waktu yang demikian terbatas dalam skala 10.000 tahun.

Manusia mengalami keterbatasan sumber energi murah dan aman sementara bumi cuma satu , manusia gagal mengatasi kemiskinan dan kelaparan dunia meski teknologi millennium sudah mencapai kemampuan integrasi yang tinggi. Kesemua persoalan manusia ini sangat mendesak diselesaikan dalam kurun waktu yang cepat, itulah dinamika manusia akhirnya akan terus menerus menciptakan revolusi dan reformasi. Kata yang tepat saat ini adalah revolusi dan reformasi bumi yang hanya satu, bahwa tidak ada bumi yang lain selain bumi kita. Hanya satu bumi manusia, dan waktu manusia itu terbatas, dan boleh kita katakan waktunya hanya 10,000 tahun, sama halnya kita melihat batasan usia kita dalam skala maksimum 75 tahun.

Lantas buat apa membayangkan angka 13.7 milyar tahun lalu saat Ledakan-Besar terjadi, buat apa membayangkan masa silam manusia 3 juta tahun ketika masih difabrikasi oleh Tuhan YME ? Itulah masa silam dimana tugas manusia menjelaskan dan menceritakan tentang sejarah alam semesta dan akhirnya akan melihat dan meramalkan masa depan alam semesta. Sebagai orang biasa yang susah memahami matematika tingkat tinggi, tentunya kita orang awam harus menghormati upaya manusia memahami kemanusiaan itu sendiri termasuk upaya Charles Darwin mencoba melihat masa silam manusia dalam Teori Evolusi.

Akhirnya manusia itu harus melihat ke depan, bahwa tantangan kemanusiaan-lah yang menjadi prioritas bukan memikirkan waktu 3 juta tahun ke depan untuk perjalanan luar angkasa. 10.000 tahun ini adalah waktu ujian yang diberikan Tuhan YME agar manusia lulus/tidak lulus memahami kemanusian. Apakah manusia akan gagal ?